TUGAS MAKALAH INDIVIDU
KRITIK TERHADAP PENGEMBANGAN
SUMBER BELAJAR DI INDONESIA
DOSEN :DR. SAMSUDIN, M.Pd
DISUSUN OLEH :MUDIANTORO
NIM 5520100161
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH JAKARTA
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
TAHUN 2011
I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan pribadi manusia. Untuk itulah pemerintah sangat memberi perhatian dalam menangani pendidikan, dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan akan muncul generasi penerus yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara Sejak pertengahan dekade 1970-an terdapat perkembangan yang pesat dibidang dan konsep teknologi pendidikan dan teknologi instruksional (pembelajaran) dalam dunia pendidikan dan pembelajaran, tidak saja di AmerikaSerikat tetapi juga di negara-negara lain seperti Canada, Australia, Korea Selatan,Jepang, Singapura, Malaysia, dan tentunya juga di Indonesia. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar. Salah satu program pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan.Suatu pendidikan dapat dikatakan bermutu, jika proses pembelajaran berlangsung menarik dan tidak membosankan. Pembelajaran merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber belajar dalam suatu lingkungan yang dikelola dengan sengaja agar tercapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan.Pada prinsipnya Sumber Belajar di sekolah merupakan media pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered ).Dalam implementasi KTSP guru harus mampu memilih dan menerapkan model, metode atau strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sehingga mampu mengembangkan daya nalar siswa secara optimal. Dengan demikian dalam pembelajaran guru tidak hanya terpaku dengan pembelajaran di dalam kelas,melainkan guru harus mampu melaksanakan pembelajaran dengan motode yang variatif.Disamping itu sesuai dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan), guru harus mampu menghadapkan siswa dengan dunia nyata sesuai dengan yang dialaminya sehari-hari. Salah satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan PAKEM yang memungkinkan bisa mengembangkan kreativiats, motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran adalah dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar Karena lingkungan merupakan sumber informasi yang dapat digunakan oleh seseorang dalam praktek belajar mengajar sehingga mengetahui tentang hal yang baru,dan mempunyai ciri-ciri yaitu:
(1)Dapat dilihat, dibaca dan dipelajari,
(2) Diteliti, dikaji dan dianalisis
(3)Dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan,penelitian, laboratorium.
(4) Ditransformasikan kepada orang lain.Sumber belajar dan bahan ajar merupakan suatu unsur yang memilikiperanan penting dalam menentukan proses belajar agar pembelajaran menjadiefektif dan efisien dalam pencapaian tujuan. Menurut Rohani : Sebuah kegiatanbelajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam usaha pencapaian tujuan instruksional jika melibatkan komponen proses belajar secara terencana, sebab sumber belajar sebagai komponen penting dan sangat besar manfaatnya.Sumber belajar akan bermakna bagi peserta didik maupun guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, atau buku hanya sekedar, benda, yang tidak ada arti apapun.
I.2. TUJUAN
Makalah ini disusun dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan pentingnya pemanfaatan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajarandi sekolah.
2. Menganalisis pengembangan sumber belajar yang ada di Indonesia
3. Mengevaluasi pengembangan sumber belajar dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, membantu memperbaiki kualitas pengembangan sumber belajar
4. Memberikan pendapat dan argumentasi terkait pengembangan sumber belajar yang ada di Indonesia
5. Memberikan pandangan yang objektif terhadap pengembangan sumber belajar dengan menguraikan secara rinci sisi positif dan negatif serta kelebihan dan kekurangannya
II. KAJIAN TEORI
2.1 KAJIAN TEORI SUMBER BELAJAR
KONSEP SUMBER BELAJAR
Menurut Association for Educational Communications and Technology(AECT, 1977), sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan,untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi tujuan pembelajaran. Arief S. Sadiman dalam makalahnya yang berjudul Pendaya gunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran (2004) mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan peralatan. Segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik)dan memungkinkan atau memudahkan terjadi proses belajar, disebut sebagai sumber belajar.
FUNGSI SUMBER BELAJAR
Sumber belajar memiliki fungsi :
1. Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan: (a) mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik (b) mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi,sehingga dapat lebih banyak membina dan mengembangkan gairah.
2. Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual,dengan cara: (a) mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan(b) memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.
3. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:(a) perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan (b)pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.
4. Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan: (a) meningkatkan kemampuan sumber belajar; (b) penyajian informasi dan bahan secaralebih kongkrit.
5. Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu: (a) mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan realitas yangsifatnya kongkrit; (b) memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.
6. Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, denganmenyajikan informasi yang mampu menembus batas geografis.Fungsi-fungsi di atas sekaligus menggambarkan tentang alasan dan artipenting sumber belajar untuk kepentingan proses dan pencapaian hasilpembelajaran siswa
JENIS SUMBER BELAJAR
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1.Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design),yaknisumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagaikomponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yangterarah dan bersifat formal.
2.Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization),yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluanpembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dandimanfaatkan untuk keperluan pembelajaranDari kedua macam sumber belajar, Menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) sumber-sumber belajar dapatberbentuk :
1.Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dansebagainya
2.Orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat,pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya;
3.Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancanguntuk pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya;
4.Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD,kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dansebagainya;
5.Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah,simulasi, permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shawdan sejenisnya; dan
6.Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar,toko, museum, kantor dan sebagainya.
KRITERIA MEMILIH SUMBER BELAJAR
Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagaiberikut:
1.Ekonomis: tidak harus terpatok pada harga yang mahal;2.Praktis: tidak memerlukan pengelolaan yang rumit, sulit dan langka;3.Mudah: dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita;4.Fleksibel: dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan;5.Sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar,dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa.
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting danmemiliki nilai-nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaransiswa. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Lingkunganyang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar terdiri dari : Lingkungansosial dan lingkungan fisik (alam).Lingkungan sosial dapat digunakan untuk memperdalam ilmu-ilmu sosialdan kemanusiaan sedangkan lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari tentang gejala-gejala alam dan dapat menumbuhkan kesadaranpeserta didik akan cinta alam dan partispasi dalam memlihara dan melestarikanalam.Pemanfaatan lingkungan dapat ditempuh dengan cara melakukan kegiatandengan membawa peserta didik ke lingkungan, seperti survey, karyawisata,berkemah, praktek lapangan dan sebagainya. Bahkan belakangan iniberkembang kegiatan pembelajaran dengan apa yang disebut out-bond, yangpada dasarnya merupakan proses pembelajaran dengan menggunakan alamterbuka.Di samping itu pemanfaatan lingkungan dapat dilakukan dengan caramembawa lingkungan ke dalam kelas, seperti : menghadirkan nara sumberuntuk menyampaikan materi di dalam kelas. Agar penggunaan lingkungansebagai sumber belajar berjalan efektif, maka perlu dilakukan perencanaan,pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjutnya.
III. PEMBAHASAN
3.1. Kegiatan produksi (pengembangan) media pembelajaran
Kegiatan produksi penting dan sangat diperlukan dilakukan oleh PusatSumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat Sumber Belajarharus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan diklat yang dilaksanakan, baik berupa bahan cetak maupun non cetak seperti bahan video, bahan audio, bahan belajar berbantuan computer, dan sebagainya.Selama ini bahan belajar cetakan ( printed materials) seperti buku,ensiklopedia, jurnal,hand-outs, diktat, dan sebagainya merupakan sumber belajar bahan yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran.Perpustakaan selama ini telah menunjukkan peran yang cukup efektif dalam melaksanakan fungsi ini. Namun bahan cetakan yang lain seperti modul,pengajaran terprogram yang mampu berkomunikasi dengan peserta belajar, danbahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak seperti kaset rekamanaudio, kaset rekaman video, VCD, slide suara, filmstrip, film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri olehPusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajar yang ada di diklat (PSB)dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pembelajaran.Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi dan pengembangan bahan atau media pembelajaran ini adalah walaupun kita sudah dapat menggunakan komputer pribadi (PC) untuk membuat transparansi maupun gambar-gambar grafis yang menarik, namunmasih tetap diperlukan keterampilan dalam membuat bahan-bahan belajar yangmurah (inexpensive materials) melalui penggunaan “letter guide” untuk menulis caption, membuat program animasi yang menarik, menempelkan gambar visual(mounting), memotret (still pictures), dan sebagainya.Kegiatan produksi (pengembangan) media amat penting untuk dilakukanoleh Pusat Sumber Belajar karena seperti telah dijelaskan di atas Pusat SumberBelajar harus mempunyai koleksi bahan/media pembelajaran yang memadai untuk menunjang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan disekolah/madrasah. Di atas telah dijelaskan bahwa untuk mempunyai koleksise jumlah bahan (sumber) belajar untuk membantu pelaksanaan proses pembelajaran Pusat Sumber Belajar memperolehnya dengan jalan membelibahan belajar di took bukua, lembaga produksi media swasta, ndan sebagainya.Selama ini Perpustakaan berperan cukup efektif dalam melaksanakan fungsi penyediaan bahan belajar cetakan ( printed materials) seperti bukupelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedia,hand-outs, diktat, dan sebagainya sebagai sumber (bahan) belajar yang paling dominan peranannya dalam kegiatan pembelajaran..Namun bahan cetakan yang lain seperti modul, pengajaran terprogramsebagai media pembelajaran yang mampu berkomunikasi (berinteraksi) denganpeserta belajar, dan bahan bahan belajar lainnya yang bersifat non-cetak sepertikaset (rekaman) audio, kaset (rekaman) video, VCD, slide suara, filmstrip,film, bahan berbasis komputer, dan sebagainya perlu dikembangkan atau diproduksi sendiri oleh Pusat Sumber Belajar, sehingga bahan-bahan belajaryang ada di PSB dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran secara optimal.Agar mampu memproduksi bahan belajar yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah/madrasah, baik yang bersifat instructor dependent instruction” maupun “instructor independent instruction”sudah pasti diperlukan SDM yang mempunyai kemampuan di dalam merancang, memproduksi dan mengembangkan media pembelajaran. Selain itu juga diperlukan seperangkat sarana dan peralatan produksi yang memadai untuk memproduksi berbagai jenis media pembelajaran yang diperlukan. Dan sudah barang tentu juga diperlukan dana atau anggaran yang tidak kecil untuk melaksanakan kegiatan produksi media pembelajaran yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.Untuk itu PSB memerlukan sarana produksi seperti alat-alat grafis(misalnya berbagai jenis alat menulis/lettering guide, alat laminating, heat
mounting press, dll, alat fotografi,audio recording, videorecording, dsb). Tentusaja sarana produksi yang akan di-install di PSB tergantung pada banyak factor, termasuk jenis media pembelajaran yang akan dikembangkan(diproduksi) dan jumlah dana yang tersedia.
B.Kritik Terhadap Pengembangan Sumber Belajar di Indonesia
1. Tiga masalah pokok pendidikan Indonesia sangat berpengaruh terhadap pengembangan sumber belajarnya. Akan tetapi di samping berbagai kemajuan yang telah diperoleh,pendidikan nasional di Indonesia masih menghadapi tiga masalah pokok yaitu, (1) pemerataan dan perluasan akses memperoleh pendidikan, (2)peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, (3) penguatan tatakelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik (Departemen PendidikanNasional, 2006). Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah, masyarakat,dan orangtua untuk mengatasi masalah tersebut, seperti pendirian dan rehabilitasi gedung dan ruang kelas, pengangkatan pendidik dan tenaga kependidikan baru dan penatarannya, pengadaan alat dan bahan pendidikan seperti alat-alat laboratorium, buku pelajaran serta buku perpustakaan, penyempurnaan kurikulum, serta menerapkan sistem pengelolaan dan pengawasan sekolah yang berbasis sekolah. Akan tetapidi samping kemajuan-kemajuan yang telah dicapai, nampaknya masihperlu peningkatan upaya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberbelajar dalam proses belajar dan membelajarkan baik oleh peserta didik maupun pendidik itu sendiri.
2. Pergerseran Paradigma
Visi pendidikan di era informasi, menurut Belt, mengalami perubahan yang sangat berarti. Dari aspek sarana dan prasarana pendidikan, buku bukan lagi sumber belajar dan membelajarkan yangutama dan satu-satunya tetapi teknologi dan perpustakaan elektronik.Belajar dan membelajarkan tidak hanya dibatasi dalam ruang kelas yangtertutup oleh dinding, lantai dan langit-langit, tetapi dunia yang terbukaluas menjadi ruang kelas. Bahan ajar tidak lagi dibatasi pada rancanganyang dibuat guru tetapi mengacu pada pertanyaan-pertanyaan yangdiajukan peserta didik. Hasil belajar diuji bukan lagi semata-mata berdasarkan penguasaan menghafal tetapi mengacu pada kemampuan (outcomes-based ) yang ditunjukkan peserta didik dan diukurmenggunakan tes berbasis kemampuan (performance based assessment )dengan tujuan membentuk peserta didik menjadi pemelajar mandiri (self directed learner ).Oleh karena itu, belajar dan membelajarkan tidak lagi dibatasidengan tingkat kelas dan umur tertentu, tetapi merupakan kemajuan yangberkesinambungan dengan prinsip belajar sepanjang hayat dan terbuka.Suasana belajar tidak lagi menunjukkan persaingan antar peserta didik tetapi lebih bernuansa kerja sama dan kolaborasi dalam kelompok belajar.Guru tidak lagi berfungsi sebagai penyalur pengetahuan tetapi lebihberperan sebagai pemandu, mentor, atau fasilitator yang memberikanpendampingan belajar. Perubahan paradigma tentang pendidikan sepertiyang dikemukakan baik oleh Reigeluth maupun Belt seperti yangdiuraikan itu menuntut perubahan dalam penyelenggaraan pendidikankhususnya dalam proses belajar dan membelajarkan.
3. Pembelajaran Masih Berpusat pada Guru bukan siswa dalam pemanfaatan sumber belajar Dominasi guru pada pembelajaran dan pengembangn sumberbelajar bukan pada siswa ini memang terbangun dari sistem sejak mula. Iniadalah tradisi lama yang memang sulit untuk dihilangkan. Diperlukantekad kuat dari semua pihak agar perlahan diubah dan itu menjadikeharusan. Pembiasaan itu akan memerlukan waktu tapi semua itu berawaldari pola pikir pihak yang bertanggung jawab dalam pembelajaran baik dikelas maupun di ruang pelatihan-pelatihan guru. Demikian pula pola pembelajaran di kampus sebagai lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan (LPTK) yang mencetak calon-calon guru juga harus diubah.Dosen LPTK pun harus bisa mengubah sistem pembelajarannya tidak lagisekedar ceramah dengan menjejali mahasiswanya dengan teori-teori, tidak sekedar bisa memberikan saran, tidak hanya memvonis itu salah, tidak hanya dan tidak hanya yang lain yang tidak mengubah pola lama yangmembuat pembelajaran berpusat pada guru. Warren (2002) berpendapat perlu melakukan perubahan yang cukup mendasar dalam mempersiapkan calon pendidik dan tenaga kependidikan, standar dan penilaian pesertadidik, serta proses belajar dan membelajarkan. Calon pendidik dan tenaga kependidikan perlu dilatih agar memiliki kemampuan menggunakan anekasumber belajar yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi,menerapkan pendekatan, strategi, metode, serta teknik belajar danmembelajarkan yang bervariasi. SDM belum disiapkan dengan baik Dilihat dari pembuatan dan peruntukannya, sumber belajardikategorikan ke dalam sumber belajar yang dirancang dan dikembang kansecara khusus (by design) untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentudan sumber belajar karena dimanfaatkan (by utilization). Dalammerancang dan mengembangkan sumber belajar by designditerapkanproses rekayasa yang sistematis dan berurutan dengan menggunakan berbagai disiplin ilmu serta hasil-hasil penelitian ( Ely 1996: 20-21,Januszewski, 2002: 84). Sedangkan sumber belajar by utilization bukan dirancang dan dibuat khusus untuk keperluan belajar dan membelajarkan,tetapi dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan belajar dan membelajarkan tertentu.Dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar by design serta dalam mengidentifikasi dan memilih sumber belajar by design diperlukan keahlian yang dilatarbelakangi oleh berbagai disiplin ilmu terutama teknologi pendidikan, psikologi, dan sosiologi.
5. Guru tidak menggunakan RPP sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran RPP adalah skenario pembelajaran yang dibuat oleh guru sebelum pelaksanaan pembelajaran dimulai. Dalam dokumen tersebut tidak hanyaberisi kompetensi apa yang akan dicapai tetapi juga memuat secara rinciberapa lama waktu tatap muka dilakukan. Bahkan dirinci pula berapa menit kegiatan awal untuk melaksanakan kegiatan rutin, apersepsi danpenjajagan untuk mengenal bekal awal siswa. Waktu yang digunakanuntuk kegiatan inti, dan rincian waktu untuk kegiatan akhir. Dalam RPP juga terantum secara jelas alat bantu mengajar apa yang diperlukan dansumber belajar apa yang digunakan. Demikian pula di dalam RPP jugatelah dicantumkan rencana kegiatan penilaian yang merupakan upayauntuk mendapatkan umpan balik keberhasilan guru dalam mengajar.Kenyataannya RPP tidak difungsikan, bahkan ada guru yangmengajar tanpa bertpedoman pada RPP. Hal ini menyebabkan kegiatanpembelajaran tidak terarah.
6. Guru tidak mempersiapkan alat bantu mengajar.
Alat bantu mengajar sangat diperlukan untuk membantu guru dalam menjelaskan materipelajaran, sehingga siswa mengetahui secara nyata melalui benda-bendayang nyata. Dengan alat bantu ini pengetahuan tidak hanya berupa verbal,dan bisa mengatasi kesenjangan komunikasi guru dengan siswa.Kenyataannya guru tidak membawa alat bantu mengajar sehingga yang dilakukan hanyalah ceramah-dan ceramah saja.
7.Dianggap perlu melakukan pelatihan terhadap pendidik bagaimanacara mengembangkan aneka sumber belajar terintegrasi denganpengembangan sistem pembelajaran. Mengingat pentingnya peranan aneka sumber belajar, dalam prosesbelajar membelajarkan khususnya dalam Bebas, sekolah perlu mengembangkan sumber-sumber belajar di masing-masing sekolah secara terintegerasi. Pengembangan sumber-sumber belajar itu dapat dimulai dariyang sederhana atau dari apa yang ada, namun pemanfaatannya diintegrasikan ke dalam proses belajar membelajarkan. Secara bertahapsekolah dapat membentuk Unit Sumber Belajar yang di dalamnya adaperpustakaan, media audiovisual, alat-alat peraga/praktek, dan komputer.USB lebih sederhana dari pada PSB di lihat dari organisasi, koleksi, danpengelolaannya. Pengembangan USB ini diikuti dengan pengayaankoleksinya yang tidak hanya produk yang dibeli tetapi juga termasuk karyapeserta didik dan guru.
8.Keberadaan USB/PSB belum maksimal dan merata
Dalam mengembangkan dan memanfaatkan aneka sumber belajarsecara optimal, keberadaan USB/PSB sangat diperlukan untuk membantu pendidik dan peserta didik meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran tidak hanya selama tetapi juga di luar jam belajar. USB/PSB dapat mengatasi berbagai kesulitan pendidik dan peserta didik apabila direncanakan dengan baik serta dikelola secara profesional. USB/PSBpada hakikatnya dapat dikembangkan tidak hanya di satuan pendidi-kandasar dan menengah atau di perguruan tinggi, tetapi juga sanngat bermanfaat di pusat-pusat pendidikan dan pelatihan (Pusdiklat). USB/PSBkelihatannya belum berkembang pesat di lembaga-lembaga pendidikan diIndonesia. Masih diperlukan perhatian Pengembangan Sumber Belajar kebijakan dari pimpinan lembaga-lembaga pendidikan untuk memfungsikan dan mengembangkan USB/PSB di tempatnya masing-masing. Payung kebijakan berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasionalakan dapat memotivasi pertumbuhan, perkembangan, dan pemanfaatan USB/PSB secara Nasional.
IV. KESIMPULAN
Belajar berbasis aneka sumber diyakini dapat mengatasi tidak hanya berbagai kesulitan dalam proses belajar dan membelajarkan, akan tetapi jugadapat mendidik peserta didik cara belajar yang tepat sehingga dapat belajar secaramandiri sepanjang hayat. Untuk itu, belajar berbasis aneka sumber perlu dilakukan seawal mungkin dalam proses pembelajaran. Makalah ini menelaah kritik peranan aneka sumber belajar yang perlu dikelola secara terpadu danterintegrasi di lembaga-lembaga pendidikan sehingga proses pembelajaran benar-benar membuat peserta didik sebagai subjek dan selalu menyenangi kegiatan belajar. Atas dasar telaahan yang demikian, tulisan ini menyarankan perlunya mengembangkan, mengelola, dan memanfaatkan Pusat Sumber Belajar dilembaga-lembaga pendidikan di Indonesia, sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan sekaligus meningkatkan mutu pendidikan.Pendidik diharapkan dapat menggunakan sumber belajar secara tepatuntuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik pesan/bahan ajar, karakteristik peserta didik, serta karakteristik sumber belajar itusendiri. Oleh karena itu keberhasilan pemberdayaan sumber belajar dalam proses belajar dan membelajarkan bergantung pada kemauan dan kemampuan pendidik untuk mengenali dan memanfaatkan berbagai sumber belajar yang ersedia dilingkungan tempat terjadinya proses belajar dan membelajarkan
DAFTAR PUSTAKA
1.Depdiknas tahun 2004. Pedoman Merancang Sumber Belajar.
2.Miarso, Y. (2004). Menyemai benih teknologi pendidikan. JakartaPrenada Media bekerja sama dengan Pusat Teknologi dan InformasiPendidikan
6.BP. Sitepu. Pengembangan Sumber Belajar. Dan 92 Jurnal PendidikanPenabur - No.11/Tahun ke-7/Desember 2008
7.http://www.wijayalabs.com/2009/01/12/pengembangan-psb-di-sekolah/#more-559
Tidak ada komentar:
Posting Komentar